Monday, October 17, 2011

Misteri Hilangnya 45

Posted by rismawid at 6:33 PM

Dari judul kayanya udah keren banget, kaya mau nyeritain suatu kejadian horror atau kejadian zaman kemerdekaan, padahal taraaaaammmm gue disini mau nyeritain sesosok bus yang setiap hari gue naikin yang biasa mengantar gue dari Tebet ke Cawang.

Entah apa yang terjadi sama itu bus, udah sedari minggu lalu ini bus ga datang pada jam biasanya, pun ga datang lebih pagi atau lebih siang dari biasanya, bus 45 benar-benar lenyap. Nyaris 40 menit gue menunggu tapi itu bus tak kunjung datang juga, akhirnya gue putusin naik bus 57 jurusan Pulo Gadung, toh sama-sama lewat Cawang daripada gue naik taksi ga ikhlas banget masih pagi udah Rp.10,000 aja yang biasanya merogoh kocek Rp.2,000 untuk bisa sampai ke Cawang.

Semacam sudah hukum alam, setiap bus jurusan Jakarta utara dan sekitarnya kalau ga banyak penggemarnya itu ajaib, dan kalau mereka ga ngetem di stasiun Cawang nunggu kereta datang itu sepertinya dosa, so kebayang dong itu bus dalam tiga menit udah penuh sesak seperti wafer astor yang berjejer didalam toples, panas, pengap, bau, berdesak-desakan, kadang terjadi beberapa pelecehan, seperti orang gendut sabotase ruang sempit orang kurus, abang-abang nguap depan muka, ketek orang tepat berada di atas kepala, yang paling parah adalah tangan-tangan setan yang gerayangan masuk tas “dasar copet sialan”, dan tolong dibayangkan juga kondisi yang sebelumnya fresh, wangi, dandan rapi, muka ngecling lengkap dengan bedak dan lipstick, rambut tersisir rapi, pakaian necis rapi pula, tapi ketika keluar dari bus nista tersebut lihatlah perubahannya, yang akan keluar adalah sesosok manusia dengan muka kinclong, rambut aga berantakan dan baju basah penuh keringat, tentu saja tidak wangi lagi, tak ketinggalan bibir manyun dan kadang disertai sumpah serapah. Inilah yang gue alami 3 hari belakangan ini.

Hari pertama gue masih pergi di jam yang normal yaitu 06.50, jam yang mepet memang, mengingat mobil jemputan gue akan tiba di Cawang pukul 07.10, kalau naik bus 45 itu akan tiba di Cawang 07.00~07.05, gue masih punya sisa waktu 5 menit sebelum mobil jemputan tiba, tapi hari itu gue ga naik bus 45, karena gue pikir gue telat dan bus 45 mungkin udah lewat, akhirnya gue putusin naik bus 57 tepat jam 07.00, sampai Cawang 07.15, mobil jemputan belum tiba, entahlah kadang juga dia suka telat.

Hari kedua, gue pergi lebih pagi 10 menit dari normalnya yaitu jam 06.40, tidak terlalu mepet dan harusnya gue bisa naik bus 45, tapi aktualnya sama dengan hari sebelumnya, bus 45 tak kunjung datang sampai jam 07.00, dan terpaksa gue naik 57 yang ga manusiawi, sampai Cawang mobil jemputan baru tiba dan semua penumpang sudah masuk di dalam, mobil baru akan bergerak maju, itungannya gue belum telat karena masih keburuuuuu.

Hari ketiga, gue pergi lebih pagi 15 menit dari hari kedua atau 30 menit dari jam normal yaitu 06.20, sangat pagi, orang-orang yang biasa gue temui di jam normal belum ada yang nampak, tapi apa yang terjadi, Tuhan ini apa lagi??? Gue tak juga melihat satu pun bus 45 lewat halte dimana gue nunggu, dan gue terpaksa mengalami lagi pengalaman buruk naik bus 57 yang dua hari lalu gue tumpangi, sampai Cawang jam 07.10 dan mobil jemputan sudah tiba, dan konon katanya sudah 2 menit diam menunggu gue. Kali ini itungannya telat serta mengundang komentar salah satu senior gue di mobil jemputan.

Ini jelas bukan kesalahan gue sepenuhnya, karena dari hari ke hari gue berangkat lebih pagi dan lebih pagi, namun itulah fakta yang terjadi, bus 45 lenyap sehingga memaksa gue harus naik bus-bus yang itungannya nista, seperti bus 57, bus P02, bus P55, dan tentu saja bus 89, semua bus tersebut kalau poisinya belum miring ke kiri maka haram hukumnya untuk mereka melanjutkan perjalanan. Menyikapi masalah ini gue belum terpikir jalan keluarnya apakah gue harus beralih ke bussway atau mulai mencicil sepeda motor, atau nyari pacar baru yang berkarir sebagai tukang ojek.



0 comments:

Post a Comment

silahkan anda berkomentar


 

Hot Tea Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos