Sunday, October 23, 2011

Kang, kapan atuh ke Indonesia

Posted by rismawid at 1:54 PM 0 comments
Bad boys yang satu ini sungguh bikin gue merinding, kesetrum, decak-decak, jingkrak-jingkrak, manggut-manggut, teriak histeris, panas dingin, huh ga tau kata apalagi yang tepat buat gambarin suasana hati gue kalo ketemu tu makhluk adam. Ganteng engga, manis engga, cute apalagi, tapi aduh lagi-lagi ga bisa gw gambarin ni manusia yang pasti dia bikin gue kelepek-kelepek. Suaranya itu hot chocolate banget, tatapannya menusuk, tampangnya radikal, body muscle bertattoo, all off dia looks like pria jantan penyayang kaum hawa (sotoy banget gue)!!

Pria kelahiran Inggris, 13 Februari 1974 ini sering melantunkan lagu-lagu Frank Sinatra, dan selalu terlihat lebih sexy jika model video clipnya itu wanita, ya tentu lah gimana engga, setiap adegannya “hot". Ya itulah dia tak lain dan tak hanya, dia adalah.....



Monday, October 17, 2011

Misteri Hilangnya 45

Posted by rismawid at 6:33 PM 0 comments

Dari judul kayanya udah keren banget, kaya mau nyeritain suatu kejadian horror atau kejadian zaman kemerdekaan, padahal taraaaaammmm gue disini mau nyeritain sesosok bus yang setiap hari gue naikin yang biasa mengantar gue dari Tebet ke Cawang.

Entah apa yang terjadi sama itu bus, udah sedari minggu lalu ini bus ga datang pada jam biasanya, pun ga datang lebih pagi atau lebih siang dari biasanya, bus 45 benar-benar lenyap. Nyaris 40 menit gue menunggu tapi itu bus tak kunjung datang juga, akhirnya gue putusin naik bus 57 jurusan Pulo Gadung, toh sama-sama lewat Cawang daripada gue naik taksi ga ikhlas banget masih pagi udah Rp.10,000 aja yang biasanya merogoh kocek Rp.2,000 untuk bisa sampai ke Cawang.

Semacam sudah hukum alam, setiap bus jurusan Jakarta utara dan sekitarnya kalau ga banyak penggemarnya itu ajaib, dan kalau mereka ga ngetem di stasiun Cawang nunggu kereta datang itu sepertinya dosa, so kebayang dong itu bus dalam tiga menit udah penuh sesak seperti wafer astor yang berjejer didalam toples, panas, pengap, bau, berdesak-desakan, kadang terjadi beberapa pelecehan, seperti orang gendut sabotase ruang sempit orang kurus, abang-abang nguap depan muka, ketek orang tepat berada di atas kepala, yang paling parah adalah tangan-tangan setan yang gerayangan masuk tas “dasar copet sialan”, dan tolong dibayangkan juga kondisi yang sebelumnya fresh, wangi, dandan rapi, muka ngecling lengkap dengan bedak dan lipstick, rambut tersisir rapi, pakaian necis rapi pula, tapi ketika keluar dari bus nista tersebut lihatlah perubahannya, yang akan keluar adalah sesosok manusia dengan muka kinclong, rambut aga berantakan dan baju basah penuh keringat, tentu saja tidak wangi lagi, tak ketinggalan bibir manyun dan kadang disertai sumpah serapah. Inilah yang gue alami 3 hari belakangan ini.

Hari pertama gue masih pergi di jam yang normal yaitu 06.50, jam yang mepet memang, mengingat mobil jemputan gue akan tiba di Cawang pukul 07.10, kalau naik bus 45 itu akan tiba di Cawang 07.00~07.05, gue masih punya sisa waktu 5 menit sebelum mobil jemputan tiba, tapi hari itu gue ga naik bus 45, karena gue pikir gue telat dan bus 45 mungkin udah lewat, akhirnya gue putusin naik bus 57 tepat jam 07.00, sampai Cawang 07.15, mobil jemputan belum tiba, entahlah kadang juga dia suka telat.

Hari kedua, gue pergi lebih pagi 10 menit dari normalnya yaitu jam 06.40, tidak terlalu mepet dan harusnya gue bisa naik bus 45, tapi aktualnya sama dengan hari sebelumnya, bus 45 tak kunjung datang sampai jam 07.00, dan terpaksa gue naik 57 yang ga manusiawi, sampai Cawang mobil jemputan baru tiba dan semua penumpang sudah masuk di dalam, mobil baru akan bergerak maju, itungannya gue belum telat karena masih keburuuuuu.

Hari ketiga, gue pergi lebih pagi 15 menit dari hari kedua atau 30 menit dari jam normal yaitu 06.20, sangat pagi, orang-orang yang biasa gue temui di jam normal belum ada yang nampak, tapi apa yang terjadi, Tuhan ini apa lagi??? Gue tak juga melihat satu pun bus 45 lewat halte dimana gue nunggu, dan gue terpaksa mengalami lagi pengalaman buruk naik bus 57 yang dua hari lalu gue tumpangi, sampai Cawang jam 07.10 dan mobil jemputan sudah tiba, dan konon katanya sudah 2 menit diam menunggu gue. Kali ini itungannya telat serta mengundang komentar salah satu senior gue di mobil jemputan.

Ini jelas bukan kesalahan gue sepenuhnya, karena dari hari ke hari gue berangkat lebih pagi dan lebih pagi, namun itulah fakta yang terjadi, bus 45 lenyap sehingga memaksa gue harus naik bus-bus yang itungannya nista, seperti bus 57, bus P02, bus P55, dan tentu saja bus 89, semua bus tersebut kalau poisinya belum miring ke kiri maka haram hukumnya untuk mereka melanjutkan perjalanan. Menyikapi masalah ini gue belum terpikir jalan keluarnya apakah gue harus beralih ke bussway atau mulai mencicil sepeda motor, atau nyari pacar baru yang berkarir sebagai tukang ojek.


Sunday, October 16, 2011

Our Difference

Posted by rismawid at 5:41 PM 0 comments
Perbedaan, satu kata yang punya arti sangat luas bahkan saking luasnya bisa membuat recok sesuatu yang sudah dibangun dengan indah menjadi runtuh seketika, satu alasan yang di kumandangkan "perbedaan", tapi bukannya dunia ini akan sangat membosankan jika semua yang mengisi di dalamnya terlahir dan diciptakan sama??? jawaban pribadi gue adalah Ya, kenapa? karena gue sangat menyukai perbedaan, dari perbedaan banyak knowledge yang bisa diserap, dengan perbedaan gue bisa tau siapa gue ini, dan perbedaan pula lah yang mendewasakan diri gue, karena perbedaan itu indah dan mematikan maka hiasi dan rawatlah perbedaan itu dengan kedewasaan, kasih sayang, sikap toleransi, sikap menghargai dan memberi.

"Gue dan Pacar Tercinta"
Secara kasat mata tentu saja sudah terlihat betapa bedanya kita, off course lah gue cewek dia cowok, dari awal bertemu kita sudah berbeda, semakin jauh mengenal semakin banyak pula perbedaan dalam diri kita, menyebalkan sih, tapi apakah itu masalah? "Tidak" buat gue ga ada yang salah dari perbedaan.
Gue suka Persib, dia tidak
Dia suka Arema, gue engga
Dia ga suka supporter Persib, sayangnya gue ga dislike tuh sama supporter Arema
Dia suka Messi, gue sangat benci
Gue suka Madrid, dia engga
Dia senang memuji Barca, gue menganggap Barca club paling hina di seluruh dunia
Gue suka Jammie Cullum, dia menganggap lagu-lagunya Jammie susah dinikmati
Dia game maniak, gue berpendapat nge game adalah kegiatan paling ga berguna
Gue suka teh tawar, dia suka teh manis
Sejauh ini sedari November 2009 hanya perbedaan-perbedaan ini yang gue anggap sangat signifikan, ukuran signifikan setiap orang tentu berbeda, tapi menurut gue inilah beberapa perbedaan yang sulit sekali untuk bisa disamakan. Tapi apalah arti segelintir perbedaan tersebut dalam suatu pondasi yang tengah kita bangun bersama, gue akan tetap memelihara perbedaan tersebut tanpa mengurangi setetes pun perasaan cinta gue terhadap dia, biarlah perbedaan itu tetap terawat dan kita anggap sebagai warna warni kehidupan.


Friday, October 14, 2011

Aku Mau Hak ku

Posted by rismawid at 7:34 PM 1 comments
 Oleh : @rissmot
(Cerpen yang ga tau kapan bisa di terbitkan).



"Istrimu mau ga ya berbagi suami denganku?"

Kalimat itu terlontar begitu saja ketika aku sedang asik chating dengan kaka kelasku dulu semasa aku kuliah, Banyu hanya memberi jawaban tanda tanya.
"Kamu kenapa Amira?"
"Aku mau menikah, tapi denganmu"
"Kenapa aku?"
"Karena selain pacarku Dimas aku cuma mau kamu."
"Apa yang harus aku katakan sama istriku?"
"Tak perlu bicara apa-apa, biar aku yang meminta izin"
"Silahkan kalau Rini mengizinkan"
"Ok"
Aku pun menyudahi obrolan ngaco kita, ya memang ngaco tapi akhirnya jadi terpikir.


Saturday, October 8, 2011

86

Posted by rismawid at 2:58 PM 0 comments
86, lagi-lagi judul yang menggelitik, sama seperti novel pertamanya ENTROK, tapi kali ini aku tertarik membeli novel 86 bukan hanya karena penasaran tapi aku merasa berkewajiban membeli novel-novel karangan Okky Madasari setelah Entrok novel pertamanya membuat aku kagum dan memutuskan untuk mengoleksi semua hasil goresan pemikiran Okky Madasari.

Apa itu 86? tahun kelahiran? angka genap? 86 sama dengan mengerti, salah satu kata sandi dalam kepolisian, namun dalam novel ini kata 86 dibuat sedemikian populer di berbagai kalangan, 86 di sama artikan dengan cincai atau beres.
Isi keseluruhan novel ini merupakan sarkasme untuk institusi keadilan, perihal laku koruptif sangat menonjol dalam novel ini, mulai dari makelar perkara sampai gembong sabu-sabu, semua legal jika sudah 86, benar-benar memprihatinkan.

Praktek korupsi, suap menyuap, menjadi pemandangan biasa bahkan sudah membudaya dan mendarah daging di tubuh setiap insan yang serakah, memilih jalan pintas dan menghalalkan segala cara demi suatu kemenangan, tidak hanya terjadi di kota besar tapi sudah beranak pinang ke daerah-daerah bahkan pedesaan.

Sunday, October 2, 2011

suatu pagi di bus kota P41 (ngecling)

Posted by rismawid at 7:49 PM 0 comments



Oh yeeaah pagi ini aku dapet duduk, no problemo lah walopun tepat di dekat pintu.
seperti biasa ini bus kalo ga penuh sesak ya ajaib namanya, untung masih pagi dan untung halte tempat aku turun hanya 3 km dari depan jalan tempat tinggalku.
Dan taraaam inilah stasiun KA Cawang dimana sejuta umat akan menyerbu bus-bus yang lagi pada ngopi di pagi hari alias ngetem. perjalanan pun dengan senang hati terpaksa dihentikan karena sang bus mau narik penumpang lagi neng.
"Ini ke Uki ya?" tiba-tiba ada pria lumayan ngecling berdiri di depanku dan bertanya, jarang-jarang nih dapet rejeki liat yang bening di bus jelek. Doi lumayan tinggi dengan ID card menggantung di leher, seolah memberi informasi pada setiap orang kalo doi salah satu karyawan di maskapai penerbangan Garuda.
 "Iya" menjawab alakadarnya dan seperlunya, dengan tampang datar masih membalut diri dengan sok judes, padahal dalam hati bergumam, "ga salah ada cowo bening di bis butut begini"
"Kerja mba?"
"Iya"
"Kerja dimana?"
"Cibitung"
"Oh Lumayan jauh ya, bidang apa?" senyumnya hmmm vanilla late banget
"Hhmmm begitulah" aku pun balas senyumannya.
"Lulusan mana mba?"
"Ilmu Hukum Unkris" dengan bangga aku lantunkan setiap artikulasi dengan benar.
"Wooow, berarti sekarang di legal dong?" doi tampak tekesima, yess!!
"Emmmm engga juga, saya sales di salah satu Japan Trading Company"
"Multinational company dong?" aduh plis deh, pertanyaannya itu, yaiyalah namanya Japan Company secara otomatis emang multinational comapany, ga perlu lah konfoirmasi lagi, tapi ga apa-apa deh namanya juga basa basi.
"Saya kebetulan di penerbangan, ini juga mau turun di Halim" tanpa ditanya udah ngasih pengumuman.
"ooh" singkat padat dan entah jelas atau engga.
"Gini ya kalo pagi, desak-desakan di bis" emang lu pikir kalo siang ga desak-desakkan gitu? ini Jakarta bung, ga ada matinya ni kota, ga ada sepinya kecuali lebaran dan musim mudik.
"Males juga ya tiap pagi begini, biasanya sih saya bawa mobil sendiri, hari ini lagi pengen coba naek KA trus nyambung bus, hmm dan ternyata lumayan menyiksa" hoeeexxx sumpah mati gue ga nanya, cuih mau pamer lu? ga minat gue...
Aku hanya tersenyum getir mendengar pengakuan si pria ngecling.
"Kebetulan di kantor saya lagi butuh banyak karyawan, kalau minat dan suka traveling bisa coba apply!! boleh minta no. hp?"
"Ah makasih ga usah, saya enjoy kerja sebagai sales panci di multinational company dan tiap hari naik bus, mari mas" Aku pun berdiri dari tempat dudukku dan bersiap untuk turun di halte biasa aku menunggu mobil antar jemput kantor.
Dalam hati aku sungguh menyayangkan sikap pamer si pria ngecling tadi, padahal tanpa dia pamer pun aku sudah menaruh respect terhadapnya, tapi hanya karena nila semobil rusak susu seisi bus. Andai saja dia tidak melakukan tindakan pamer, mungkin sekedar no. hp bisa lah kita bertukar.

Untuk para pria, hal yang paling bisa membunuhmu ketika sedang melakukan trial pasar adalah bermulut besar dan memamerkan sesuatu lewat perkataan. Wanita tidak butuh itu, biarkan kami tahu kemapananmu dari penglihatan kami sendiri.

Selalu Ada Cerita

Posted by rismawid at 4:05 PM 0 comments
Aku selalu ingin bercerita setiap hal yang terjadi di sekelilingku day to day, hour to hour, minute to minute, second to sencond. Di setiap hembusan napas makhluk hidup pasti menyimpan cerita. Dimulai dari tulisan ini, tulisan yang biasa saja aku akan memulai storytelling ku, karena menurutku menulis adalah hal paling positif ketika kita mendapati sesuatu yang berbenturan dengan hati nurani kita.

Tulis apapun yang ingin aku tulis, mengungkapkan apapun yang mengganjal dihatiku, membiarkan pikiranku terbang merangkai kata demi kata yang akan aku tuangkan. Bagus atau jelek itu belakangan yang penting bisa cerita aja dulu :)

ENTROK

Posted by rismawid at 3:18 PM 0 comments
Entrok, judul novel ini begitu asing ketika aku melihatnya di deretan rak toko buku Gramedia, aneh dan bikin penasaran, tanpa pikir panjang ku raih buku tersebut untuk membaca sinopsisnya. hmmm masih tak menjelaskan apa itu entrok, kusimpan lagi buku tersebut namun tetap menbayangi pikiranku sampai suatu hari aku melihat di timeline retweets gramedia yang menyebutkan "kasus Munir mengingatkan pada sosok Marni pada novel Entrok". Munir?? sehebat apa Marni ini?? rasa penasaran itu lah yang mendorong aku malam itu juga bergerak ke Gramedia Semanggi demi Entrok.

Ahiii bukunya tinggal satu, itu pun udah agak buluk dan udah ga di plastikin, tapi yaudahlah selama halamannya masih komplit tetap aku beli.

GREAT, wow, Huh, Fyuuuhhh, kata-kata itu yang bisa aku lontarkan untuk bukunya Okky Madasari yang satu ini, kisah demi kisah diceritakan dengan lugas tanpa bahasa yang bertele-tele, setiap kejadian terasa sangat nyata, aku sangat terbawa dalam cerita tersebut, serasa ikut hidup di jaman taun 60an. Emosi, marah, tarik napas panjang, ngelus dada, sampai menitikkan air mata aku di buatnya.

PKI, Aparat Loreng yang keparat, kesewenang-wenangan penguasa orde baru, semua benar-benar terasa menyakiti nurani, tapi semangat juang Marni dan Rahayu membuat aku merasa kuat.

Aku ga akan bercerita panjang lebar tentang isi novel tersebut, jika kamu merasa masih punya rasa nasionalis dan hati nurani, tak ada salahnya menyisihkan sedikit waktumu untuk membaca novel Entrok.



 

Hot Tea Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos