Sunday, July 27, 2014

18 Mei

Posted by rismawid at 12:56 PM 0 comments
Diterik siang panas bercucur dahaga aku membayangkan mendung 18 Mei
Kala itu semua terasa kelabu, murung, muram
Ada seutas dusta di bola mata dan ujung garis bibirnya
Aku masih berharap itu mimpi
Tapi.....

Hatiku ada dua, yang satu penakut tapi selalu benar, yang satunya pemberani tapi sering kali salah
Kala itu si penakut dipaksa membawa esensi benarnya tapi berwujud pemberani
Si pemberani tak kuasa menutupi gemetar bibir yang ketakutan melihat kebenaran
Maka.... pintu itu tetap ku ketuk

Benar saja, ada sesuatu yang pahit lebih pahit dari bir hitam yang sudah basi
Terpikir untuk berhenti menenggak sesuatu yang pahit dan basi
Tapi tubuh sudah terlalu lama teracuni sesuatu yang pahit dan basi
Apalagi yang bisa mengeluarkan racun-racun itu?
Sudahlah aku tak bisa lagi berfikir

Memangnya kemana otakku?
Otakku sudah lama dimakan ikan, menenggelamkannya ke dasar palung
Jika saja lautan tak memiliki palung dan ikan, mungkin otakku tak akan menjadi kotoran disana.
Dan kau, kau mungkin sudah terbebas dariku jika saja otakku masih disini

Ah cinta....
Baunya seperti wewangian pasar tradisional


private room, 27-Jul'14

Thursday, July 24, 2014

Something Unusual

Posted by rismawid at 11:43 PM 0 comments

“aku dipersimpangan dengan 3 arah jalan yang berbeda”

Jalanan yang sejauh ini dijalani bukannya tidak sulit tapi aku sudah sangat terbiasa dengan jalan itu. Jalan dimana selalu dilewati setiap harinya sebanyak berkali-kali. Jalan ini juga bukannya tidak membosankan tapi aku sudah terlanjur menekuninya bertahun-tahun. Jalan ini tak pernah kelihatan ujungnya, sejauh mata memandang terlihat masih membentang amat sangat jauhnya, bahkan mungkin jalan ini tak akan menemui ujungnya. Tapi kemudiku merasa nyaman melaju dijalan ini, walaupun peluh kelelahan sudah meraung-raung minta aku banting stir. Kini aku dihadapkan pada 3 pilihan, ah tidak tidak itu bukan pilihan, mungkin itu hanya fatamorgana yang menyamar menjadi kesempatan. Ah sial, masih saja dangkal otakku.

Jalan satunya lagi memang sedikit baru, terkagum-kagum aku dibuatnya, bahkan sampai tersanjung. 5 tahun silam aku memutuskan untuk jadi wanita dewasa yang independent, do everything by myself, tapi jalanan ini membutakan keputusan 5 tahun silam. Aku merasa seolah kembali ke rezim SBY ketika pertama kali menjabat sebagai presiden. Saat itu aku Cuma wanita dewasa muda yang sedikit-sedikit manggil “kamu” sedikit-sedikit “tolong aku dong” sedikit-sedikit minta dijemput, sedikit-sedikit minta diantar, sedikit-sedikit minta ditemenin, sedikit-sedikit minta ketemu. Tapi rupanya jalan ini pun akan menuai cibiran dan bahkan larangan untuk aku melewatinya. Akan kembali berdarah-darah dan membayar mahal jika aku memaksakan diri melaju di jalan ini.

Jalan yang ketiga bukanlah jalan baru, tapi aku tak pernah melaju di jalan ini. Aku tahu bagaimana jalan ini, jalan yang datang dari masa lalu, yang sebetulnya masa lalu itu hanyalah perasaan kagum anak remaja. Aku tahu siapa saja yang sudah melaju di jalan ini dan apa saja yang sudah terjadi di jalan ini. Kini jalan ini membuka portalnya menawarkan aku melaju kemudiku disana. Aku tak pernah membayangkan hal itu sebelumnya! Ada rindu, ada suka, ada nyaman, semua itu dikemas dalam wujud teman sejauh ini. Tahu kah kamu, aku kini sudah kehilangan kamu sejak kamu menawarkan jalan itu untukku. Terpikir untuk melaju disana tapi ada ketakutan besar yang membuat aku kembali mundur, bukan takut karena aku tahu kamu siapa, tapi takut aku salah menginjak gas.

i'm lost.


private room, 24 Jul'14

Wednesday, July 16, 2014

my 1st time president's election

Posted by rismawid at 4:16 PM 0 comments
Hello,
9-Juli seluruh warga Indonesia tentunya yang tidak memilih menjadi golput sangat menanti-nanti hari itu. Yap pemilihan presiden untuk perode 2014-2019. Ini adalah kali pertama gue pergi ke TPS untuk mendapatkan hak gue dalam pemilihan presiden.

Kali pertama? yang bener lu? baru dapet KTP apa lu?
Wew! off course BIG NO, di usia gue yang emm get closer with 30 yaaa ga mungkin lah gue baru punya KTP. Seumur hidup gue ini adalah kedua kalinya gue menerima undangan dalam pemilu presiden. Yang nyata-nyata pertama adalah tahun 2009, dimana saat itu dimenangkan SBY dan beliau menjabat sebagai presiden untuk yang kedua kalinya. Dan pemilu 2009 gue memilih golput.

Gue sih ga ngerti-ngerti banget sama politik, tapi yang pasti pemilu 2009 nyaris tak ada semangat untuk ikut pesta demokrasi. Ketika pemilu 2004 gue masih duduk di bangku SMA, tentunya belum 17 tahun, tapi gue melihat sosiologis orang-orang dewasa di sekitar gue pada saat itu, mereka gegap gempita menyuarakan haknya dan mempercayakan negara tercinta ini untuk dipimpin oleh SBY. Saat itu gue belum begitu paham apa sih bagusnya SBY? kenapa pada milih dia? ah sudahlah lagian gue ga tertarik juga bicara masalah politik. Pertanyaan itu pun akhirnya gue biarkan sampai gue dewasa dan mendapat KTP.

2004-2009, siklus kehidupan gue dari remaja menuju dewasa muda. Nyaris tak peduli sama sekali dengan birokrasi pemerintah dan segala macam hal-hal yang berkaitan dengan pemerintah. Yang gue tau cuma kuliah dan cepetan lulus biar kerja dan punya duit. 2008 akhir setelah lulus dari kuliah yang pertama, gue putuskan melanjutkan lagi kuliah di jurusan yang boleh dibilang ga ada sambung menyambungnya sama jurusan gue sebelumnya.

2009 adalah tempat kuliah baru, jurusan kuliah baru, teman baru, tempat tinggal baru dan teman dekat baru sedikit banyak membuka jalan pikiran dan mata gue. Apa yang gue rasakan dari 2004-2009 rupanya tak begitu membuat hasrat berpesta demokrasi mencuat, gue cukup bosan dengan 5 tahun itu. dan pilihan golput lah yang menjadi keputusan gue, tanpa peduli siapa pemenang pemilu tersebut dan apa yang Ia janjikan saat campaign, bodo amat persetan lah, yang ngegaji gue juga bukan presiden.

2009-2014, siklus kehidupan gue dari dewasa muda menuju UP (Usia Panik), apasih yang gue rasain dari hasil pemilu 2009? nothing aja sih sepertinya. Di tahun ini gue mulai agak peduli sama berita-berita di berbagai media, gue mulai sering baca buku-buku masa lalu (haduh kapan bisa move on coba!), maksudnya buku sejarah, mulai risih dan jengah sama birokrasi, apalagi ketika berkesempatan ngunjungin negeri tetangga, HUH rasanya panas banget hati, kenapa sih negara gue yang katanya tanah subur rakyat makmur kok bisa ketinggalan maju sama negara kecil macem Singapura, belum lagi ketika Timnas takluk di bukit jalil Malaysia, asli gue nangis!! jijik rasanya menyaksikan berita-berita kebodohan, kejahatan, kekerasan, kelicikan, ketidakberdayaan. Entah apa yang membuat hati gue kok tiba-tiba peduli sih sama masalah gituan. Gue sih mendeskripsikan itu sebagai pendewasaan dan kemanusiaan, ya kali gue juga ga paham.

Dari serentetan kebencian gue terhadap system negara tercinta ini membuat hati gue beranjak bangun dan rasanya ingin sekali ada kata "perubahan", peduli setan siapapun pemimpinnya, yang pasti gue rindu negara yang didefinisikan oleh Plato. Maka dari situlah 09 Juli gue sekeluarga berangkat pagi-pagi dari rumah menuju TPS untuk menyampaikan keinginan kami akan perubahan.

Negara yang dipenuhi oleh kebajikan dan kebaikan adalah negara yang bersendikan keadilan, kearifan, keberanian atau semangat dan pengendalian diri dalam menjaga keselarasan dan keserasian hidup bernegara. Hal itu akan mewujudkan kesenangan dan kebahagiaan hidup bagi setiap warga negaranya.
-Plato-

Kantor, 16 Jul'14
 

Hot Tea Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos