Sunday, December 29, 2013

Kiriman akhir tahun

Posted by rismawid at 10:42 PM 0 comments
Bulan ketiga, setahun silam adalah pertama kami bertemu. 
Dia tampak begitu cantik menggoda iman dengan segala kemolekan yang dimilikinya.
Hari ini menjelang akhir tahun, bibirnya begitu ramai dengan kekacauan. 
Apa yang membuat dia begitu?
Kabar angin berhembus, katanya angin akhir tahun membuat gelombang tak kenal ampun dengan segala ramai yang kacau, membabad semua membawa kekacauan ke bibirnya.
Ini sungguh membuatku sesak dada.
Keramaian yang kacau itu terombang ambing dengan gontainya, ditarik ulur sang gelombang.
Yuck!!!
Sejenak aku jijik dan marah, tapi kemudian kesedihan menyeruak.
Kabar angin bilang itu kiriman akhir tahun dari kota.


Gili Trawangan, 27 Dec’13

Tuesday, December 24, 2013

Rintik yang lain

Posted by rismawid at 9:41 AM 0 comments
Masih pagi.
Sudah terang, namun seperti ada tabir yang urung disibak.
Sang surya enggan menjalankan tugas, begitu pula sang suryo.
Muka lantai 2 terlihat dari sini, atap pura yang menghiasinya.
Dedaunan lebih hijau berseri, matanya teduh tidak melonjak-lonjak kegirangan.
dari sini rintik begitu tegas, teduh dan angkuh.
Ini memang bulanmu, aku sudah sadar sejak bunga november di pekarangan rumah mekar dengan cantiknya.
Setiba aku disini sambutanmu cukup teduh.
3 jam sudah berlalu kau tetap melumat atap pura, genting dan dedaunan.
Baiklah!!
Menunggu jodoh saja aku sanggup apalagi sekedar menunggu kau berhenti merintik.

Kuta, 24-Dec’13

Thursday, December 19, 2013

Sebait "Tunggu!"

Posted by rismawid at 4:51 PM 0 comments
Namun, sebenarnya, hati saya selalu gaduh. Ketika di atas tubuhnya saya mengaduh. Karena setelahnya saya akan mengeluh. Bertanya, ke manakah hubungan ini akan berlabuh?

“Kenapa perlu dipertanyakan, Sayang. Kita sedang berlabuh ke sebuah ketidak-tahuan yang memabukkan.”
“Hah?!”

bagian kecil dari cerpen Djenar Maesa Ayu "Tunggu!"
Kompas 25-Sept'11

Ke Arah Hari Lalu

Posted by rismawid at 4:41 PM 1 comments
Biniku, kita pisah sehari dalam kepalaku klenong bendi Kalumbuk terus berbunyi
ketipak sepatu kuda itu serasa memecahkan tulang rahangku
lambungku menghitam dalam mengingatmu.

Kita pisah sehari, ke arah hari lalu aku berjalan
menghadap ke laut lepas
sampai menemu ombak membeku tak menghempas.

Sebab di sini,
pada pangkal kota ini
waktu berulang kali mati
kita tertidur untuk terbenam di hari depan
kita berjalan untuk terantuk pada kenangan.

Dan ke arah hari lalu aku berjalan
kangenmu kangenku akan menghimpun
dalam mata jarak yang semakin rabun.

Padang, 2013

Puisi Esha Tegar Putra
Kompas 15-Dec'13

suatu rintik

Posted by rismawid at 11:43 AM 0 comments
Pagi ini aku menembus kegelapan dan melawan rintiknya.
Bermodalkan tanggung jawab dan seutas pelindung rintik yang deras aku mengayuh kakiku menembus kerumunan dingin.

Setibanya, sambut senyum tulus dan haru terima kasih tegas tergambar di binar mata dan sungging bibir mereka.
Secangkir teh hangat masih berasap disuguhkan penuh ketulusan.
aku masih terduduk berbincang tanpa ketegangan bersama mereka di Plant 1 Sunter.


Sunter, 18-Dec'13

Monday, December 16, 2013

is this my choice?

Posted by rismawid at 6:57 PM 0 comments
is this my choice?
no, i'm not
is this my choice?
seems like yes it is
is this my choice?
i don't know
is this my choice?
stop gave me a silly question.
my head is running annoying

who decide become a sales?
not me!!! but my opportunity and my capability.
so now what are you yelling about?

i'm getting tired with this situation, why did always fight with them, i don't want to begging to them, but my company always insist me to doing that.

when you were a sales staff of company, you have to being more patient, you have to always smile while you were getting angry, begging many things, doing kindness things, and always become pretty woman even you really want to kick the fucking asshole of your customer. and then when you received your salary, you will take a deep breath and start praying to your God.

Why does this silly game happen to me God!! ah cih balada minta gaji naek ini tuh.

 

Hot Tea Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos