Saturday, May 26, 2012

Aku bukan negara

Posted by rismawid at 8:46 PM 0 comments
Lagi, lagi, lagi, dan lagi. Janji, janji, janji, dan janji lagi. Satu kali pun tak ada yang kau tepati, dalih-dalih kebetulan, lagi-lagi kau ingkari janji. Janji lagi, ingkar lagi, marah lagi, bertengkar lagi, berkali-kali tak ada habisnya. Aku bukan negara, kita tak terikat secara perdata ataupun pidana, lalu kenapa aku meuntutmu berjanji. Bodoh. Bodoh bukan main aku, untuk apa aku berbuat begitu? kau bukan siapaku, tak ada hal ihwal apa pun yang mengikat kita. Kau berhak menggunakan waktu dan inginmu sesuka hatimu. Lalu kenapa aku harus marah ketika kau ingkari janji yang kutuntut darimu? Ah tolol sekali aku.

Coba tegaskan padaku, kita memang tak terikat apapun bukan? tak kusangka aku sebodoh ini, bertahun-tahun memposisikan diri sebagai negara dan punya peraturan hukum. Lalu kau warga negara yang diwajibkan mengikuti semua hukum yang berlaku di negaraku. Ingin lari meninggalakan planet ini rasanya jika ingat betapa bodohnya aku.

Sunday, May 20, 2012

di Blok-S kuleburkan perjakaku

Posted by rismawid at 11:28 AM 0 comments
"Tanggal 23 bulan depan gue merid sob"
serentak kawan-kawanku menjawab "WHAT??? kenapa begitu mendadak? lu tekdung ya?"
"Enak aja, kaga lah. Bokap yang nyuruh, ga tau lah gue maunya mereka gitu ya gue nurut aja apa kata orang tua. Nyokap bilang sih itung-itung sekalian syukuran karena akhirnya gue lulus sidang juga walau makan waktu nyaris 6 tahun. Tau sendiri syarat gue buat kawin ya ijazah sarjana gue. Padahal abis lulus juga gue tetep kelola cottage-cottage bokap di Lembang, ga bakalan gue nyari kerja."
"Ok gue ga bisa nongkrong lama-lama nih, biasalah kalau kata orang tua, gue lagi dipingit. Tapi weekend ini gue masih joint kok bareng kalian".
Tanpa menghiraukan tanggapan teman-teman, aku pun melengos begitu saja tanpa kupikir ulang apa yang baru saja aku janjikan kepada teman-teman.

Isni pacarku, gadis cantik dari kampus seberang. Sudah 2 tahun yang lalu mendahuluiku meninggalkan kampus, dia lulus sebagai salah satu lulusan terbaik di jurusannya dan mendapat pekerjaan di perusahaan Forwarding milik Belanda di bilangan Jakarta selatan. Isni sangat mapan, hidupnya nyaris tidak ada yang kurang, dia cantik, tubuh semampai, kulit bersih, rambut hitam agak bergelombang, dengan mata agak sipit dan lesung pipit di pipinya membuat dia makin terlihat manis. Selain kesempuranaan fisik yang ia punya, ia pun cerdas dan dewasa. Isni sangat komunikatif, wawasannya luas, dan memiliki kepribadian yang baik. Siapapun akan merasa sangat beruntung jika memiliki Isni, dan akulah si pria beruntung itu.

Saturday, May 19, 2012

Buku nikah Miranti

Posted by rismawid at 12:24 PM 0 comments
Perilaku dan kebiasaannya normal saja, tidak ada yang salah dengan rumah tangga mereka. Malam untuk tidur, pagi terbangun kembali, makan, bekerja, menonton tv, mengobrol alakadarnya. Malam pertama mereka lakukan sebagaimana pengantin pada umumnya, mereka basah dalam desah, menggeliat dalam pekat nikmat, bertaut untuk memadukan dua tubuh menjadi satu. Kala itu bahagia pun membuncah pada puncak senggama mereka.
"Lalu apa yang ibu permasalahkan? Aku bahagia menjalani hari-hariku yang penuh dengan pengulangan dan pengulangan yang tak tahu kapan akan berubah".
Begitulah perlawanan Miranti terhadap ibunya yang ia bilang, hanya ibu yang bisa menundukkan seribu pria untuk menghujaninya dengan lembar demi lembar rupiah.

Zul hanya sibuk mencari nafkah, tak ada hari yang tak ia lewati dengan bekerja, hari minggu sekalipun akan ia habiskan dengan bekerja di rumah, ia akan berada di ruang kerjanya berjam-jam, dan kalaupun ia tak bekerja, ia akan habiskan dengan tidur seharian dan memanjakan dirinya sendiri dengan caranya sendiri. Bukan bersama Miranti. Kendati demikian Miranti tetap tunduk pada suatu buku yang ia punya yang dikeluarkan KUA lima tahun lalu. Buku itu memenjara ia dari kebahagiaan, mengambil hak-hak ia sebagai seorang manusia utuh, ia hanya hidup untuk buku itu, ia seolah lupa bagaimana rasanya bahagia, ia hanya mau menjalani hari demi buku itu.

 

Hot Tea Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos