Saturday, August 18, 2012

My dream of Rapunzel's

Posted by rismawid at 2:54 PM 0 comments
Rapunzel's
Reading and coffee
Men & Women stuff
Children house
Lounge & mini bar (football lovers must be in)

logo : wanita berambut panjang

Friday, August 10, 2012

Kunang-kunang di temaram malam

Posted by rismawid at 10:21 AM 0 comments
KEPARAT!!!
"Miskin gue ga semiskin lu gigolo sinting!!!"
"Tahan Ray, please gue mohon"
Ia menjerit-jerit seperti sedang kesurupan.
***
Seteguk terakhir aku habiskan untuk menghangatkan tubuh. Malam ini sangat temaram. Sedikit mengkhayal mendapati kunang-kunang disini. Khayalan bodoh. Tentu saja setiap hari yang kudapati adalah kunang-kunang. Sinar yang terpancar begitu bening dan berbau harum, hilir mudik berterbangan melewati batang hidungku, sesekali kuhisap dalam-dalam aroma kunang-kunang yang mengerling. Harummu membuat degub jantungku memompa liar. Sepasang mata ini lekat-lekat menikmati panorama kunang-kunang namun aku tetaplah aku, jangankan untuk berlari menangkap kunang-kunang, terpikir mengejarnya pun tak pernah kuijinkan. Setiap hari hanya diijinkan menelan ludah.

"Bir satu bang"
"Silahkan mba"
"Nebeng duduk ya"
"Boleh mba silahkan"

Duduk saja tak akan saya tagih kok mba, bila perlu birnya saya ga kasih harga mba. Saya ikhlas kios rokok butut ini mba duduki lama-lama. Pria sinting bergumam dalam hati, padahal menatap wanita saja tak berani.

"Ratih"
Wanita pembeli bir ini menyodorkan tangan. Apa ini artinya ia mengajakku berkenalan?
Sedikit bergetar kuberanikan membalas sodoran tangannya.
"Ray. Raymond"
Ucapku sangat terbata-bata.
"Raymond? keren amat nama lu. Tapi ga sekeren rejekinya ya?"
Ratih menatap langit lalu meraih lenganku yang sedari tadi mematung dibawah lampu jalan diatas trotoar.
"Becanda Mon. Eh Ray maksudnya. Duduk sini temenin gue"
Rasanya aku tak perlu berfikir panjang, aku putuskan akan duduk disamping Ratih.
"Nunggu dijemput mba?"
Aku memberanikan diri memulai percakapan
"Emm bukan. Gue nunggu dihajar"
Nada bicara Ratih begitu santai tanpa beban.
"Akh mba Ratih ini suka becanda"
Ratih melirikku dan tersenyum.
Dewa yang agung wanita disampingku manis sekali. Baunya harum, tak bosan aku menghisapnya. Apakah ini kunang-kunang? Bolehkan aku. Ah tidak aku kan hanya diijinkan menelan ludah.

Pukul 02.00 lewat tengah malam. Sebuah mobil sedan hitam berhenti tak jauh dari kiosku, kira-kira 20 meter. Ratih berdiri meletakkan uang 50.000 di pangkuanku.
"Semoga rejekimu kelak sekeren namamu"
Bisiknya sambil berlalu dari hadapanku. Kini indera penciumanku sedang bermanja-manja dengan bau harum yang Ratih tinggalkan. Seketika saja aku tersadar, apa ini artinya pertemuan pertama sekaligus terakhir dengan Ratih?

3 orang pria keluar dari mobil, salah satunya menghampiri sekumpulan orang pinggiran yang sedang mengemper di emperan ruko-ruko sepanjang trotoar jalan Mangga besar. Kuperhatikan Ratih berjalan ke arah 2 pria yang bersenderan di sedan hitam yang terparkir di pinggir trotoar. Malam mulai meniupkan nafas-nafas dingin menusuk tulang, jaket lusuhku sudah benar-benar tak bisa lagi menahan terpaan nafas malam. Dan entahlah malam ini terasa sangat dingin dan temaram.

"BANGSAT!!!"
Banci lu semua!!!
Suara perempuan dari jarak 20 meter. Tak salah lagi itu suara Ratih. Aku berlari menghampiri keributan yang sedang berlangsung di tepi jalan di balik mobil sedan hitam.
"HENTIKAN!!!"
Pekikku mencoba melerai penganiayaan yang mereka lakukan terhadap Ratih. Ratih sudah tersungkur diatas aspal jalan, darah bercucuran dari hidung dan pelipisnya, kedua pria biadab ini masih saja melancarkan tendangan-tendangan keras ke arah perut Ratih. Ratih tak bergeming, ia diam saja menutup perut dengan kedua tangannya. Aku mencoba menahan serangan kedua pria biadab ini, belum sempat aku berhasil, tiba-tiba seseorang meraih pundakku dari belakang. Aku tersayat, aku ingin muntah. Dari dalam perut seolah ada dorongan kuat yang harus aku muntahkan. Aku terjatuh, menggelepar di samping Ratih. Semua kekacauan pun terhenti.

Dingin malam tak lagi terasa. Aku kian hangat. Ratih tertunduk menangis disampingku. Sedan hitam sudah berlalu. Orang-orang pinggiran yang sedari tadi diam kini mulai berdatangan. Tak seorang pun berani menyentuhku. Aku hanya jadi salah satu hiburan mereka di tengah malam dingin yang temaram.

"Kenapa ikut campur urusanku bodoh?"
"Gigolo sinting itu ayah dari janinku.
"Gue bersumpah dia harus mati demi sekaleng bir yang udah gue bayar tadi."
Ratih, air matanya deras mengalir berjatuhan di pipiku. Aku semakin hangat. Dan si kental merah padam ini mulai menggenang, menciptakan kehangatan di sekujur tubuhku.
Ratih, bau harumnya perlahan menghilang. Aku sepertinya sudah dingin atau bahkan hampir membeku.
Lampu jalanan tak lagi menyala, nafas malam tak lagi mempermainkanku. Begitu juga kunang-kunang, tak lagi berterbangan melewati batang hidungku.
Bau harum Ratih sudah benar-benar hilang. Tiba waktuku untuk tidur panjang. Aku tak akan lagi menelan ludah.

Saturday, August 4, 2012

The Power of Labil

Posted by rismawid at 4:10 PM 0 comments
Damn Damn Damn!!!!
ini apa coba, belum apa-apa udah marah-marah aja! hmmm bikin males.
okelah Minta maaf sama otak, hati dan jari gue.
Nyaris 2 bulan gue ngerasa ga nyaman sama dunia gue, bukan karena dunia yang goes round faster than blitz, tapi gue ngerasa aneh aja gitu, ngerasa asing, sendiri, sepi, dan restless. Yihaaa lagi-lagi restless, tapi kali ini restless nya bukan karena tiap hari dapet wedding invitation, kali ini kurang lebih karena di diri gue yang sudah seperempat abad ini masih menyisakan setetes dua tetes kelabilan. WTF labil.

Jari gue sudah tertata pada tempatnya, A S D F J K L : itu artinya gue siap menumpahkan apa saja yang ada di otak dan hati. Ya dan otak gue pun mulai memerintahkan jari gue untuk mulai menari diatas keyboard. sang jari pun menari, beberapa kata bersambut menjadi kalimat, berafiliasi menjadi paragraf. Tiba-tiba diam, gue seolah ada di suatu tempat kosong, gue ga tau itu dimana, gue semacam menemukan bayangan diri gue di cermin besar. She is not me!

Apa sih yang gue tulis? apa itu Fade in Fade out? apa itu Intercut? itu Ext, Int, apa sih? Ya lu bener Ris, itu script. Bantingkan badan ke sandaran kursi, menutup muka dengan kedua telapak tangan. "Ya Tuhan kenapa sulit sekali" terlalu malas belajar kah? terlalu malas membaca kah? terlalu malas berfikir? malas berfikir keras tepatnya. Atau jangan-jangan gue emang ga ada kompetensi untuk menyusun script yang jika dikontrak satu production house aja bisa meraup Rupiah yang lumayan.

Kiran berlari menuju Raka, seketika saja ia menghambur memeluk Raka, isak tangis yang sulit ditekan membuat suasana semakin haru. Tanpa bertanya Raka mengelus-elus kepala Kiran. "Ogi banci Ka" sepenggal kalimat Kiran hanya membuat Raka semakin tak mengerti.
Itu apa lagi Ris? ini ceritanya gue lagi bikin basic story yang nantinya mau gue buat scriptnya. Tapi gue bingung kenapa malah jadi bikin cerpen? basic story itu semacam sinopsis, tapi gue malah bercerita panjang lebar melupakan fungsi yuridis dari basic story. Sulit ternyata. Why did i give up easily?

Sawarna, orang menyebutnya The Hidden Paradise, seperti apa surga yang tersembunyi itu? Dengan 1 ransel beralas sandal gunung, tanpa banyak berfikir aku pun memulai perjalananku menuju Desa Sawarna.
Oooh ceritanya Risma mau coba jadi travel writer. Not bad miss, yang seperti itu lagi marak belakangan ini, mungkin kesempatan di muat di majalah lebih besar daripada berdarah-darah membuat cerpen, mengirimkan ke redaksi majalah sana sini, menunggu dan menunggu tanpa ada hasil, dan konon katanya bayarannya pun tak seberapa.

 

Hot Tea Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos