Bukanlah apa-apa

Katanya lima tahun bukanlah apa-apa jika dibandingkan sebelas tahun yang mereka lalui.
Malam ini, detik ini dan kira-kira tiga hari lalu aku mulai sependapat dengan bukanlah apa-apa.
Memang betul bukanlah apa-apa, karena ketulusan dan kepolosan hanya ada di tahun pertama saja.
Hiruk pikuk dan pertarungan-pertarungan sengit bahkan terjadi di tahun kedua, salah satu yang bukanlah apa-apa.
Lalu berpisah di tahun ketiga.
Dengan segenap kekuatan dan kesabaran tetap memaksakan diri hidup dalam peperangan yang bagai Israel tak henti-hentinya baku hantam dengan Palestina.
Lalu sampailah kami pada suatu hari dimana kami dipaksa keadaan untuk saling jujur.
Apa yang sedang terjadi dengan kita?
Katamu, kita tak bisa kemana-mana, kau sudah terlanjur memiliki treadmill pribadimu.
Betul saja, lima tahun itu bukanlah apa-apa, kita pun ada hanya di tahun pertama.
Dan sekarang bagai Judas yang tak kunjung dilempar ke neraka, aku berjalan dengan segala kepalsuan.
Senyumku tak lagi sehangat tahun pertama.
Gelak tawaku tak lagi semerdu tahun pertama.
Binar mataku sudah lama padam, bahkan berbarengan dengan rona pipi yang betul-betul sudah berubah pucat pasi bagai yuurei.
Sedikit banyak berkontemplasi, memutar memori-memori di piringan hitam, betul! bahagia sejati kita hanya ada di tahun pertama.
Kau punya treadmill pribadimu dan aku punya banyak sepatu untuk lari dari kenyataan.


private room, 16 Sept'14